"When you die, you just die. But if you write something, when you die, you'll live forever" D.N.W

Senin, 18 April 2016

Easy Come & Easy Go

Aku bukanlah orang yang selalu lihai dalam memilih kata untuk menceritakan semua isi kepalaku. Seperti saat ini, aku sedang bingung harus memulai menulis darimana. Jadi maafkan aku bila tulisan ini terkesan melompat-lompat. Nikmati saja :)

“Hai.”

Satu kata sederhana itu muncul di layar hpku saat aku membuka LINE malam itu, ternyata pengirimnya adalah kamu. Tentu saja aku kaget, sekitar 5 detik, kemudian jemariku mengetikkan balasan.

“Hai juga.”

Setelahnya tanpa aba-aba, percakapan mengalir deras. Seolah kata “hai” yang kamu kirim sebelumnya punya mantra, yang berhasil buatku tersihir untuk terus menatap layar handphoneku menunggu percakapan-percakapan berikutnya.

Kalau diingat-ingat kembali, lucu juga ya.. bagaimana kita yang tak saling kenal sebelumnya bisa berubah akrab hanya karena sapaan sederhana di jejaring sosial. Tiba-tiba saja aku merasa kamu menjadi bagian dari kehidupan sehari-hariku, sapaanmu, ceritamu, candaanmu, perhatianmu, entah bagaimana menjadi hal yang ku nanti tiap harinya. Hahaha.

Ah namun tetap saja, menurutku komunikasi terbaik di muka bumi ini adalah komunikasi tatap-muka, bukan sekedar komunikasi yang mengandalkan ketikan-ketikan dari jemari di keyboard hp, itu pun pakai LINE pula -__-

Jadi, itu yang membuatku mulai ragu. Tiga bulan percakapan mengalir tanpa jeda, namun tak sekalipun kita pernah bertemu tatap. Entahlah, akukah yang terlalu berharap? Menurutku, tiga bulan adalah waktu yang cukup panjang untuk bisa mengatur waktu bertemu. Namun tak juga ada pergerakan. Aku bertanya-tanya pada diriku sendiri, “Sampai kapan terus begini?”

Yah pada akhirnya, tak tunggu waktu lama. Terhitung dari hari pertama bulan ini, kita tak lagi bertegur sapa. Ternyata bosan yang ku rasa, terasa pula olehmu. Jujur saja.. aku juga bosan dengan percakapan yang itu-itu saja, aku mulai bingung mencari bahan bahasan apa lagi di tiap malam, dan aku sudah tak seantusias dulu lagi menatap layar handphone demi menunggu kabar darimu. Namun, setidaknya aku tidak (atau belum?) menyerah. Kamu yang menyerah duluan tanpa aba-aba. Seriously, bagaimana bisa kamu tiba-tiba menghilang tanpa pamit?

Aku masih tak habis pikir sih, gampang banget ya. Memberi harapan, buat melambung jauh terbang tinggi, terus dilepas gitu aja. Rasanya seperti mendarat tanpa aturan kecepatan, hatiku menghantam tanah dengan telaknya. Setiap malam menanti kabarmu, namun tak kunjung ada. Berkali-kali ku cek ulang percakapan terakhir kita, mencoba mengoreksi adakah perkataanku yang salah sebelumnya sehingga membuatmu pantas begitu, ternyata tidak. Kepergianmu menyisakan tanda tanya.

Ku ceritakan deh bagaimana aku ketika hari-hari awal kamu tak mengabariku apa-apa. Aku mulai sibuk membuka setiap jejaring sosialmu, memastikan paket internetmu masih ada atau tidak. Ya setidaknya kalau aku melihat tak ada aktivitas apapun di jejaring sosialmu, aku bisa menghibur hatiku dengan pikiran positif, ternyata paketmu habis. Taunya? Tidak juga tuh, kamu tetap berbagi momenmu di salah satu jejaring sosial yang ada. Namun sanggup tidak membalas chat dariku. Wkwkwk sedih! Tiba-tiba aku mulai menebak-nebak, kenapa ya? Apa aku sebegitu membosankannya? Apa aku tidak lagi menarik? Apa aku tiba-tiba jelek di matamu? Huaa, you made me frustrated!

Namun, itu hanya cerita di hari-hari awal. Selanjutnya, marahku berubah cemas. Bukan lagi soal aku ingin dicari olehmu, bukan lagi soal aku ingin segera dihubungi olehmu, bukan lagi soal betapa menyebalkannya hal yang kamu lakukan padaku. Justru sekarang ini  tentang kamu, aku mulai berpikir adakah kamu disana baik-baik saja sekalipun tak memberiku kabar? Adakah kamu sedang menghadapi masa-masa sulit sehingga tak sengaja mengabaikanku? Adakah kamu sedang sehat atau sakit? Aku mengkhawatirkanmu. Dan rasa ingin tauku akan keadaanmu sungguh menyiksa.

Lebay ya? Dulu ga kenal, lalu dekat juga karena chattingan, eh pas kamu ngilang aku sekhawatir ini? Hmm gataulah. Yang jelas, aku ga biasanya kaya gini ke orang lain, hanya ke orang-orang tertentu. Kamu salah satunya.

Selanjutnya setelah menghilang begitu saja, beberapa hari lalu aku mendengar kabarmu lagi, kamu muncul di timeline media sosialku. Ah betapa leganya aku mengetahui kamu baik-baik saja. Terima kasih! Terima kasih karena kamu tidak kenapa-kenapa. Terima kasih karena sudah terus bahagia dan tetap sehat. Terima kasih karena ternyata kamu baik-baik saja.

Dan entah bagaimana, kemunculanmu kembali membuat aku sadar bahwa percakapan-percakapan kita memang  sudah benar-benar berakhir. Dengan tulisanku ini, ku deklarasikan bahwa sekarang aku sudah ikhlas melepas apa yang memang tak pernah ku miliki, melepaskan kamu bersama dengan perasaan nyaman yang pernah ada. Ini kali pertama aku menceritakanmu di blog ini, dan kemungkinan akan menjadi kali terakhir.

Kelak bila kedua matamu menemukan tulisan ini, kamu harus tau bahwa aku ingin menyampaikan dua hal padamu, pertama maaf dan kedua terima kasih. Maaf bila sikapku pernah melukaimu, contohnya pengabaian berkepanjangan atas hadirmu yang selama ini ku lakukan. Dan terima kasih buat setiap perhatian yang terselip dalam percakapan kita yang hampir tiap malam. Sungguh, kamu salah satu alasan aku menyadari betapa di dunia ini masih ada orang-orang yang menyayangiku.

Well, ku akhiri tulisanku ini dengan memanjatkan doa semoga ini tak terbacamu dalam waktu dekat. Hahaha.
Read More
Gambar tema oleh Nic_Taylor. Diberdayakan oleh Blogger.

© 2011 Coretan Ayu :), AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena