Dear, …
Apa kabar serpihan masa lalu? Masih
ingat denganku? Bayang-bayang yang dahulu pernah menjadi
nyata dalam hidupmu, pernah menjadi orang
yang paling berarti bagimu, pernah menduduki posisi terpenting di hatimu, namun sekarang tak menyisakan apa-apa di
ingatanmu.
Maaf bila sekarang aku muncul kembali,
sedikit mengusik ingatanmu tentang kita yang telah tenggelam –atau sengaja
ditenggelamkan dalam lautan ingatanmu. Aku tau, selepas kepergianku, kamu
membenciku dengan sangat hebat. Setiap
cacian, kekesalan, kebencian, dan kekecewaan yang kamu tumpahkan di media
sosial sudah terbaca olehku, sangat nyata,
bahkan terlalu jelas, kamu membenciku. Tak salah memang,
karena aku pun bila berada di posisimu saat itu mungkin akan melakukan hal yang
sama.
Namun, bila aku boleh bertanya,
pernahkah kamu sedikit saja berpikir bagaimana bila kamu berada di posisiku? Ketika meninggalkanmu bukan lagi
menjadi sebuah pilihan namun keharusan bagiku. Aku lemah,
sayang. Aku tak punya cukup kekuatan untuk berjuang terlalu keras untuk
mempertahankan “kita”.
Aku meminta maaf untuk hal ini, maaf bila dulu aku memilih pergi
dan tak memberi kabar, maaf karena sudah menyerah tanpa aba-aba, maaf karena
sudah memutuskan dengan paksa rasa yang pernah ada, maaf karena aku terlalu
lemah dan bodoh saat itu, maaf karena aku melepaskanmu.
Aku disini bukan hendak membela diri,
bagaimana pun aku tau aku berada di posisi yang salah, karena untuk segala
macam alasan yang menumpuk di otakku, aku tak sanggup menjelaskan mengapa aku
harus melakukan itu.
Aku hanya berharap selepas membaca
tulisan ini, kamu mau memaafkanku dan tidak terus menerus membiarkan dirimu
tenggelam dalam kebencian yang semakin lama justru semakin melukaimu. Lekaslah
sembuh dari lukamu, maaf karena aku tak bisa berada disisimu mengobati dan
membalut luka itu.
Yakinlah,
Tuhan sudah menyediakan gadis yang lebih baik dariku untuk mendampingimu,
merawatmu, dan membantumu mengobati luka yang pernah ku torehkan. Sekali
lagi, tolong maafkan aku.
Disini, dalam pelarianku,
aku tetap mengingatmu.
Disini, dalam setiap
doaku, aku tetap menyebut namamu.
Berbahagialah sayang …
agar kelak ketika kita bertemu,
aku sanggup untuk
berkata :
“Terima kasih karna
sudah bahagia, meskipun itu tanpaku …”.
Tertanda,
“Seseorang dari Masa Lalumu”
#fiksi