Surat ini aku buat sekitar Juni kemarin dalam rangka partisipasi di salah satu lomba menulis surat untuk Jokowi. Aku buatnya sekitar beberapa hari, dan setelah meminta masukan beberapa teman, akhirnya punya cukup nyali buat ikut lomba itu. Ga pede sih sebenarnya, sama sekali engga, secara saingan sama ribuan surat lain di luar sana. Daaaann... ternyata ketidakpedean ini terbukti, tulisan ini ga berhasil nembus hati juri, wkwk, ga masuk kategori apa-apa dalam pemenang,wkwk.
Tapi gapapa deh, walau surat ini ga menang, yang penting pasangan Pak Jokowi dan Pak JK menang :D
Dan karena mereka uda menang, uda dilantik malah, aku punya keberanian buat publikasikan surat gagal ini di blog aku. Haha, sekian deh basa-basinya, aku ga punya kata-kata lagi selain: happy reading, readers^^
Kepada Pak Jokowi yang
bersahaja
Ya’ahowu, Pak !
Saya adalah salah seorang
penduduk Indonesia yang berasal dari sebuah pulau kecil di pinggiran Sumatra,
Nias. Mungkin Bapak sedikit aneh mendengar sapaan saya di awal surat ini
“ya’ahowu”, apakah Bapak pernah mendengarnya sebelumnya? Ini sapaan khas daerah
kami, Pak.
Mungkin tidak banyak yang
tahu tentang pulau kami, pulau yang bahkan keberadaannya di peta tidak lebih
dari sebuah titik, terlalu sulit untuk dikenali. Bahkan saya juga tidak dapat
menjamin bahwa “Nias” pernah terlintas di telinga Bapak. Namun, saya berharap
Bapak punya rasa ingin tahu akan pulau kami ini dan mau sesekali berkunjung
kemari. Pulau Nias indah, Pak. Cobalah datang dan membuktikannya sendiri.
Saya menuliskan surat ini
sebagai suatu kerinduan saya untuk mengenalkan Nias kepada masyarakat nasional
melalui Bapak, dan saya harap saya tidak salah alamat. Nias adalah pulau yang
memiliki banyak potensi. Nias memiliki panorama alam yang indah, pantai-pantai
yang masih bersih, hutan yang lebat, udara yang sejuk, warisan budaya yang menjadi
tradisi seni yang tidak ditemui di daerah-daerah lain, dan beragam hal menarik
lainnya. Bukankah Nias seharusnya bisa menarik mata dunia dengan potensi yang
dimilikinya ini, Pak? Sayangnya, jangankan mata dunia, mata negara Indonesia
saja pun masih sangat jarang bersedia melirik kemari. Sampai sekarang, belum
ada pengelolaan yang benar dari pemerintah terhadap semua potensi ini. Sehingga
orang-orang pun tetap saja lebih mengenal Nias sebagai pulau yang dipenuhi
orang-orang bodoh dan miskin ketimbang pulau yang dipenuhi sejuta keindahan
alam yang luar biasa.
Saya benci mengakuinya
bahwa ya, penduduk Nias memang masih banyak yang berada di bawah taraf
kebodohan oleh karena ketidakberpendidikannya kami. Dengan rendahnya sumber
daya manusia yang kami punya, kami tidak dapat mengelola pulau ini agar bisa
dikenal masyarakat luas, dan terlebih pemerintah pusat pun sangat jarang
mempedulikan kami. Dalam masalah pendidikan, sebenarnya kami bukannya tidak
punya sekolah, kami punya cukup banyak, namun sayangnya belum mencapai kualitas
yang baik. Ini harus bagaimana, Pak? Ketika bahkan fasilitas sekolah masih
sangat terbatas dengan para pengajar yang kualitasnya pun masih jauh dari
standar, diwajibkan untuk bisa dengan cepat menyesuaikan diri dengan kurikulum
yang setiap waktu berubah-ubah. Entahlah Pak, saya kurang mengerti dengan
negara ini, yang katanya berorientasi ke depan, mau berlomba-lomba dengan
negara lain demi bisa menjadi negara maju, demi kebaikan --selalu begitu
katanya-- tanpa mempedulikan rakyat yang terseok-seok mengikuti setiap
kebijakan yang mereka buat.
Izinkan saya bertanya,
siapa yang harus disalahkan dengan keadaan ini, Pak? Dan pada siapa kami dapat
berharap untuk mengubah keadaan ini?
Mendengar Bapak maju
sebagai kandidat capres dan Pak JK sebagai cawapres di periode lima tahun
mendatang ini membuat saya senang, sekalipun di luar saya ada banyak yang
mengecam Bapak. Tapi tak apalah Pak, hidup memang begini, “Kita yang
jalani, orang lain yang mengomentari, namun tetaplah Tuhan yang memutuskan.”,
jadi biarlah orang mau berkata apa, yang jelas bila Tuhan sudah memilih maka
tak ada yang dapat membatalkannya.
Di surat ini saya mau
mengatakan bahwa sejak awal Bapak duduk sebagai pejabat di Jakarta, saya telah
jatuh cinta dengan gaya kepemimpinan Bapak. Tentang Bapak yang merakyat,
sederhana, suka blusukan, langsung turun ke lapangan, berjumpa dengan
masyarakat, dan banyak tindakan lain yang membuat saya terkagum-kagum dengan
gaya kepemimpinan yang Bapak terapkan. Setidaknya besar harapan saya bahwa
Bapak tidak sama dengan pemimpin-pemimpin lain yang lebih sering mengecewakan
ketimbang membuat kami bangga. Yang seringnya hanya bisa menghabiskan uang
negara dengan anggaran bermilyaran rupiah tanpa hasil apa-apa bagi rakyat, yang
lebih sibuk diskusi dan rapat ini itu di ruangan ber-AC yang nyaman daripada
langsung turun ke lapangan dan melihat akar permasalahan. Saya sangat berharap
bahwa terpilih atau tidak terpilihnya Bapak menjadi presiden nantinya tidak
akan mengubah apapun dari gaya kepemimpinan Bapak, tetaplah bersahaja. Namun
besar harapan saya bahwa Bapak yang terpilih, sehingga dapat mengubah keadaan
Indonesia, terkhususnya Nias.
Sebenarnya saya sempat iri
ketika mendengar Bapak berkunjung ke Papua untuk berkampanye beberapa waktu
yang lalu, bertanya-tanya dalam hati “kapan giliran Nias?”. Namun rasa iri itu
cepat-cepat sirna ketika menyadari bahwa Papua pun membutuhkan perhatian dari
pemerintah Indonesia. Kami bernasib sama Pak, sama-sama bagian dari Indonesia,
tapi sering terabaikan. Setidaknya mengetahui Bapak punya keinginan untuk
membangun daerah yang sering terpinggirkan seperti Papua membuka harapan saya
lebih besar, bahwa bukan mustahil ke depan Bapak akan melirik Nias dan
juga membangun pulau ini. Cobalah berkunjung ke Nias, Pak dan jatuh
cintalah dengan pulau ini.
Karena itulah melalui
surat ini saya mau membeberkan apa yang dipunyai oleh Nias yang masih belum
diketahui oleh orang banyak, agar Bapak dan semua orang lain yang mungkin turut
membaca surat ini mengetahui bahwa ada pulau penuh potensi wisata yang telah
lama terabaikan di pinggiran Sumatra ini, Pulau Nias. Kami akan sangat
berterimakasih bila pemerintah mau tergerak hatinya mengelola pulau ini.
Mungkin Bapak bisa mengusulkan pulau kami ini nantinya sebagai salah satu tempat
wisata nasional, lalu memberikan perhatian untuk pengembangan kepariwisataan di
pulau ini. Agar sejatinya kebanggaan kami akan pulau ini dibarengi juga dengan
pengelolaan yang tepat dari pemerintah untuk memajukan Pulau Nias dan
memperbaiki keadaan ekonomi masyarakatnya.
Saya juga berharap ke
depan, bila Bapak telah terpilih, Bapak bersedia memajukan pendidikan di daerah
kami. Perbaiki tatanan pendidikan di Indonesia ini Pak, beri ruang bagi
daerah-daerah terpencil untuk dapat mengaktualisasikan diri mereka juga, beri
kami kesempatan untuk dapat merasakan sekolah dengan fasilitas yang memadai,
dan beri kami sistem pendidikan yang lebih baik yang tidak hanya berorientasi
pada sekolah-sekolah di kota-kota besar sana melainkan juga mempertimbangkan
kami yang terpencil ini.
Saya tahu di Indonesia
bukan hanya Nias yang perlu dibenahi, banyak daerah dari Sabang sampai Merauke
yang juga memerlukan hal yang sama. Kami perlu pemimpin yang lebih baik untuk
Indonesia. Hanya saja, saya di sini menulis surat sebagai anak pulau yang
merindukan perubahan di tempat kelahiran saya. Mungkin terkesan egois, namun
saya sudah hampir tidak tahan melihat Pulau Nias terabaikan. Takut-takut kalau
suatu saat Pulau Nias ini justru berpindah ke tangan asing oleh sebab
pengabaian yang berkepanjangan dari pemerintahnya sendiri. Ketakutan ini tidak
berlebihan, bukan? Sebab sudah banyak pulau-pulau kecil lain yang bernasib
demikian, dan saya tidak mau pulau kami giliran berikutnya. Karena itulah saya
sangat berharap kepada Bapak. Izinkan kami membebani satu sentimeter saja dari
bahu Bapak dengan harapan-harapan terhadap kemajuan Nias. Bila Bapak terpilih
menjadi presiden nanti, tolong jangan mengabaikan kami juga. Kami sudah letih
terus-menerus ditolak oleh pemerintah yang lalu-lalu, kami rindukan perubahan,
kami rindukan perbaikan, dan kami rindukan pembangunan. Ya, semoga di
pemerintahan Bapak, kami bisa menikmati semua itu.
Sekian saja surat dari
saya. Terima kasih karena telah menyempatkan diri untuk membaca surat ini.
Terus berjuang Pak ! Dan jangan pernah menyerah untuk membawa Indonesia kepada
perubahan yang lebih baik. Tuhan memberkati Bapak.